Sabtu, 24 April 2021

PEMANFAATAN GADGET SEBAGAI LITERASI DIGITAL DI MASA PANDEMI COVID-19

 


Telah berjalan hampir 1 tahun lebih, tepatnya di bulan Maret 2020 Virus Covid-19 atau Virus Corona menyerang kehidupan masyarakat Indonesia (dilansir dari sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awalmaret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-januari). Ketika itu, masyarakat Indonesia mengalami kondisi keterbatasan dalam menjalani segala aspek aktivitas kehidupannya, khususnya aktivitas di luar rumah yang biasa dilakukan oleh setiap orang dan menjadi kebutuhan sosialnya. Sehingga, mulai diberlakukannya kebijakan-kebijakan, seperti kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), kebijakan work from home (WFH), pembatasan sosial skala besar (PSBB), dan kebijakan 3M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak minimal 1 meter. Dengan diberlakukannya kebijakan-kebijakan dari pemerintah itu, salah satunya kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tentunya berdampak pada sektor pendidikan dengan ditutupnya kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang biasa tenaga pendidik dan kita sebagai pelajar melakukannya di sekolah.

Kegiatan belajar-mengajar di sekolah ini menjadi salah satu dampak dari eksistensi Virus Covid-19 yang menyerang lingkup kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga, segala aktivitas atau kegiatan belajar-mengajar di sekolah ditiadakan dalam waktu sementara sebagai salah satu cara dalam memutuskan rantai penyebaran virus ini dan digantikan dengan aktivitas belajar-mengajar di rumah yang dilakukan dengan memanfaatkan platform dan aplikasi edukasi berbasis online, seperti Google Meet, Zoom Meeting, Whatsapp Group, dan Google Classroom. Beberapa platform dan aplikasi edukasi berbasis online tersebut dijadikan sebagai solusi alternatif dan sarana agar kegiatan belajar-mengajar di rumah masih tetap berlangsung, demi ketercapaian tujuan belajar. Diberlakukannya kegiatan belajar-mengajar di rumah sebagai dampak dari eksistensi Virus Covid-19 terhadap lingkup kehidupan masyarakat di sektor pendidikan tentunya juga akan menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap perkembangan proses belajar, sehingga mempengaruhi terhadap gerakan literasi di kalangan pelajar saat ini.

Dampak positifnya, yaitu kita dapat lebih bebas atau fleksibel dalam mengakses materi pembelajaran kapanpun dan di manapun yang ditunjang oleh faktor teknologi yaitu adanya laptop/gadget dan internet, sehingga dapat mempermudah dalam mengembangkan potensi dan akademik. Selain itu, dalam proses belajarnya pun kita akan lebih santai dan dapat melakukan kegiatan lainnya seperti makan, minum, dan mendengarkan musik, sehingga dapat mempermudah dalam penyerapan dan pemahaman materi jika kita melakukannya dengan rasa senang dan tercipta rasa semangat. Namun, berdasarkan apa yang kita rasakan dan amati bahwa masa pandemi Covid-19 ini secara dominan telah menimbulkan dampak negatif, salah satunya meningkatnya rasa kemalasan kita dalam melakukan kegiatan literasi yang berkaitan dengan permasalahan di sektor pendidikan. Kegiatan literasi adalah suatu kegiatan disertai dengan rasa kepekaan seseorang dalam melakukan dan mewujudkan kemampuan keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan membaca, menulis, berbicara, menyimak, dan berhitung di dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara kritis. Kemendikbud merancang konsep gerakan literasi itu terdiri atas enam literasi yang harus dikuasai dan diimplementasikan dalam kehidupan. Enam literasi tersebut, yaitu : 1) literasi baca dan tulis, 2) literasi numerasi, 3) literasi sains, 4) literasi digital, 5) literasi finansial, dan 6) literasi budaya dan kewargaan. Tetapi, salah satu bentuk literasi di dunia pendidikan yang sering menjadi pusat perhatian untuk dikaji secara terus menerus permasalahannya adalah literasi membaca yang juga kaitannya dengan permasalahan di masa pandemi saat ini.

Di masa pandemi saat ini masyarakat mulai meningkatkan diri dalam menampakkan keacuhannya terhadap literasi membaca buku, baik jenis buku fiksi maupun non-fiksi yang dipengaruhi oleh semakin menurunnya rasa minat dan interest masyarakat Indonesia, khususnya para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Namun, jauh sebelum masa pandemi ini terjadi dan menyerang masyarakat Indonesia tingkat rendahnya persentase literasi membaca pada masyarakat Indonesia dapat terlihat dari data yang diungkapkan oleh UNESCO, bahwa pada tahun 2012 mencatat persentase indeks minat baca di Indonesia hanya mencapai 0,001%. Artinya, bahwa dari 1.000 orang, hanya ada 1 orang yang minat, interest, dan rajin untuk melakukan gerakan literasi membaca buku. Hal tersebut mengartikan bahwa tingkat kecilnya persentase rasa minat masyarakat terhadap literasi membaca buku sudah terjadi dahulu ketimbang pada masa pandemi Virus Covid-19. Namun, memang secara realitasnya akibat dari dampak pandemi ini, tingkat persentase rasa minat masyarakat terhadap gerakan literasi semakin mengalami penurunan secara signifikan, terutama dalam literasi membaca. Hal ini dapat kita alami dan amati terhadap lingkungan sekitar dan bahkan diri kita juga yang sudah tidak pernah melakukan gerakan literasi membaca disela-sela waktu luang kita saat di rumah atau saat kita tidak ada kesibukan kegiatan lagi.

Di masa pandemi saat ini yang mana segala kegiatan di luar rumah kemudian beralih dilakukannya di dalam rumah, tentunya akan berpengaruh terhadap minat dan interest masyarakat terhadap literasi membaca. Hal ini disebabkan oleh faktor kemenarikan aplikasi-aplikasi yang disajikan di dalam gadget ketimbang pada pemanfaatannya yang mengarahkan pada gerakan literasi melalui literasi digital atau ketidakmenarikannya lagi terhadap buku juga dapat menjadi sebab rendahnya rasa minat kita terhadap literasi. Tidak dapat dipungkiri dan dibantah juga bahwa gadget menjadi salah satu alat teknologi yang tidak bisa terlepas dari genggaman kehidupan manusia, termasuk kita semua bahkan di masa pandemi saat ini. Masyarakat Indonesia lebih mendominasikan penggunaan gadget dalam pemanfataan media sosial, seperti Youtube, Instagram dan juga aplikasi games ketimbang pada arah pemanfaatan aplikasi dan website teknologi untuk literasi kegiatan membaca. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor ketertekanan dan kejenuhan masyarakat Indonesia yang harus tetap berada dan melakukan kegiatannya di rumah, terutama pelajar yang harus mengalami peralihan / perubahan metode pembelajarannya yang mulanya di sekolah dan dalam waktu sementara ini dilakukan secara jarak jauh di rumah, sehingga pemanfaatan gadget yang hanya dipergunakan sebagai kepuasan dalam penggunaan media sosial tersebut dijadikan sebagai ‘teman booster’ untuk menemani kejenuhannya.

Padahal perkembangan teknologi itu dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengimplementasian literasi digital serta sebagai sarana alternatif dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan gerakan literasi di dalam kehidupan manusia terutama di masa pandemi Virus Covid-19. Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi permasalahan gerakan literasi membaca di masa pandemi saat ini, pemerintah dapat meningkatkannya melalui pemanfaatan teknologi dengan ditekankannya pada gerakan literasi digital. Penerapan literasi digital ini mampu menjadi solusi dalam menghadapi persoalan krisis disektor pendidikan selama masa pandemi saat ini, karena kehidupan kita tidak bisa terlepas dari pengaruh teknologi. Hanya saja perlu adanya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap letak porsi pemanfaatannya agar dapat dimanfaatkan sebagaimana tujuan dari gerakan literasi digital. Penerapan literasi digital dalam kehidupan sehari-hari terutama di masa pandemi saat ini diperlukan oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari balita, remaja, pelajar, hingga masyarakat sebagai bentuk penghilangan rasa kejenuhan dalam melakukan aktivitas di rumah aja dan meningkatkan perkembangan keterampilan dalam berbahasanya. 

Misalnya, pada penerapan literasi digital pada balita hingga anak-anak dengan memberikan stimulus edukasi pembelajaran guna meningkatkan perkembangan kognitifnya, seperti pada pemanfaatan aplikasi media sosial Youtube yang mana orang dewasa memberikan ilmu tentang melafalkan fonem-fonem, cara menggambar, dan lain sebagainya. Selain itu, untuk dapat meningkatkan gerakan literasi digital juga pemerintah dapat memperkenalkan kepada anak-anak tentang penggunaan aplikasi-aplikasi ebook, seperti Google Book sebagai solusi alternatif untuk tetap membaca buku melalui genggaman gadget. Penerapan literasi digital dikalangan pelajar di tingkat SMA/SMK dan perguruan tinggi dapat dilakukan dengan mengikuti webinar tentang permasalahan yang terjadi atau sedang dihadapi oleh dunia pendidikan yang mana webinar itu dapat kita ikuti melalui aplikasi edukasi virtual, seperti Google Meet dan Zoom Meeting. Mengikuti webinar itu bertujuan sebagai upaya keikutsertaannya dalam gerakan literasi di dunia pendidikan, sehingga mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berbahasa terutama dalam hal menyimak dan membaca. Oleh karena itu, gerakan literasi digital ini memiliki peranan sebagai solusi alternatif dalam mengatasi persoalan dan permasalahan terkait literasi di masa pandemi saat ini.

                                                                                                

Nama                                      : Yuni Yulyani

NIM / Kelas                           : 2222200100 / 2A

Jurusan                                   : Pendidikan Bahasa Indonesia

Mata Kuliah                           : Pembelajaran Literasi

Dosen Pengampu                   : Dr. Firman Hadiansyah, S.Pd., M.Hum.