Telah
berjalan hampir 1 tahun lebih, tepatnya di bulan Maret 2020 Virus Covid-19 atau Virus Corona menyerang kehidupan masyarakat Indonesia (dilansir dari sumber:
https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/11/130600623/diumumkan-awalmaret-ahli--virus-corona-masuk-indonesia-dari-januari). Ketika itu, masyarakat
Indonesia mengalami kondisi keterbatasan dalam menjalani segala aspek aktivitas
kehidupannya, khususnya aktivitas di luar rumah yang biasa dilakukan oleh
setiap orang dan menjadi kebutuhan sosialnya. Sehingga, mulai diberlakukannya
kebijakan-kebijakan, seperti kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ), kebijakan
work from home (WFH), pembatasan
sosial skala besar (PSBB), dan kebijakan 3M, yaitu mencuci tangan, memakai
masker, dan menjaga jarak minimal 1 meter. Dengan diberlakukannya kebijakan-kebijakan
dari pemerintah itu, salah satunya kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tentunya
berdampak pada sektor pendidikan dengan ditutupnya kegiatan belajar-mengajar di
sekolah yang biasa tenaga pendidik dan kita sebagai pelajar melakukannya di
sekolah.
Kegiatan
belajar-mengajar di sekolah ini menjadi salah satu dampak dari eksistensi Virus
Covid-19 yang menyerang lingkup
kehidupan masyarakat Indonesia. Sehingga, segala aktivitas atau kegiatan
belajar-mengajar di sekolah ditiadakan dalam waktu sementara sebagai salah satu
cara dalam memutuskan rantai penyebaran virus ini dan digantikan dengan
aktivitas belajar-mengajar di rumah yang dilakukan dengan memanfaatkan platform dan aplikasi edukasi berbasis online, seperti Google Meet, Zoom Meeting, Whatsapp Group, dan Google Classroom. Beberapa platform
dan aplikasi edukasi berbasis online
tersebut dijadikan sebagai solusi alternatif dan sarana agar kegiatan
belajar-mengajar di rumah masih tetap berlangsung, demi ketercapaian tujuan
belajar. Diberlakukannya kegiatan belajar-mengajar di rumah sebagai dampak dari
eksistensi Virus Covid-19 terhadap
lingkup kehidupan masyarakat di sektor pendidikan tentunya juga akan menimbulkan
dampak positif dan negatif terhadap perkembangan proses belajar, sehingga mempengaruhi
terhadap gerakan literasi di kalangan pelajar saat ini.
Dampak
positifnya, yaitu kita dapat lebih bebas atau fleksibel dalam mengakses materi
pembelajaran kapanpun dan di manapun yang ditunjang oleh faktor teknologi yaitu
adanya laptop/gadget dan internet,
sehingga dapat mempermudah dalam mengembangkan potensi dan akademik. Selain itu,
dalam proses belajarnya pun kita akan lebih santai dan dapat melakukan kegiatan
lainnya seperti makan, minum, dan mendengarkan musik, sehingga dapat
mempermudah dalam penyerapan dan pemahaman materi jika kita melakukannya dengan
rasa senang dan tercipta rasa semangat. Namun, berdasarkan apa yang kita
rasakan dan amati bahwa masa pandemi Covid-19
ini secara dominan telah menimbulkan dampak negatif, salah satunya
meningkatnya rasa kemalasan kita dalam melakukan kegiatan literasi yang
berkaitan dengan permasalahan di sektor pendidikan. Kegiatan literasi adalah
suatu kegiatan disertai dengan rasa kepekaan seseorang dalam melakukan dan
mewujudkan kemampuan keterampilan berbahasa yang terdiri atas keterampilan membaca,
menulis, berbicara, menyimak, dan berhitung di dalam kehidupan sehari-hari untuk
menyelesaikan suatu permasalahan secara kritis. Kemendikbud merancang konsep
gerakan literasi itu terdiri atas enam literasi yang harus dikuasai dan
diimplementasikan dalam kehidupan. Enam literasi tersebut, yaitu : 1) literasi
baca dan tulis, 2) literasi numerasi, 3) literasi sains, 4) literasi digital,
5) literasi finansial, dan 6) literasi budaya dan kewargaan. Tetapi, salah satu
bentuk literasi di dunia pendidikan yang sering menjadi pusat perhatian untuk
dikaji secara terus menerus permasalahannya adalah literasi membaca yang juga
kaitannya dengan permasalahan di masa pandemi saat ini.
Di
masa pandemi saat ini masyarakat mulai meningkatkan diri dalam menampakkan
keacuhannya terhadap literasi membaca buku, baik jenis buku fiksi maupun
non-fiksi yang dipengaruhi oleh semakin menurunnya rasa minat dan interest masyarakat Indonesia, khususnya
para pelajar sebagai generasi penerus bangsa. Namun, jauh sebelum masa pandemi
ini terjadi dan menyerang masyarakat Indonesia tingkat rendahnya persentase
literasi membaca pada masyarakat Indonesia dapat terlihat dari data yang
diungkapkan oleh UNESCO, bahwa pada tahun 2012 mencatat persentase indeks minat
baca di Indonesia hanya mencapai 0,001%. Artinya, bahwa dari 1.000 orang, hanya
ada 1 orang yang minat, interest, dan
rajin untuk melakukan gerakan literasi membaca buku. Hal tersebut mengartikan
bahwa tingkat kecilnya persentase rasa minat masyarakat terhadap literasi
membaca buku sudah terjadi dahulu ketimbang pada masa pandemi Virus Covid-19. Namun, memang secara
realitasnya akibat dari dampak pandemi ini, tingkat persentase rasa minat
masyarakat terhadap gerakan literasi semakin mengalami penurunan secara signifikan,
terutama dalam literasi membaca. Hal ini dapat kita alami dan amati terhadap
lingkungan sekitar dan bahkan diri kita juga yang sudah tidak pernah melakukan gerakan
literasi membaca disela-sela waktu luang kita saat di rumah atau saat kita
tidak ada kesibukan kegiatan lagi.
Di
masa pandemi saat ini yang mana segala kegiatan di luar rumah kemudian beralih
dilakukannya di dalam rumah, tentunya akan berpengaruh terhadap minat dan interest masyarakat terhadap literasi
membaca. Hal ini disebabkan oleh faktor kemenarikan aplikasi-aplikasi yang
disajikan di dalam gadget ketimbang pada
pemanfaatannya yang mengarahkan pada gerakan literasi melalui literasi digital
atau ketidakmenarikannya lagi terhadap buku juga dapat menjadi sebab rendahnya
rasa minat kita terhadap literasi. Tidak dapat dipungkiri dan dibantah juga bahwa
gadget menjadi salah satu alat
teknologi yang tidak bisa terlepas dari genggaman kehidupan manusia, termasuk
kita semua bahkan di masa pandemi saat ini. Masyarakat Indonesia lebih
mendominasikan penggunaan gadget
dalam pemanfataan media sosial, seperti Youtube,
Instagram dan juga aplikasi games
ketimbang pada arah pemanfaatan aplikasi dan website teknologi untuk literasi kegiatan membaca. Hal tersebut
dapat disebabkan oleh faktor ketertekanan dan kejenuhan masyarakat Indonesia
yang harus tetap berada dan melakukan kegiatannya di rumah, terutama pelajar
yang harus mengalami peralihan / perubahan metode pembelajarannya yang mulanya
di sekolah dan dalam waktu sementara ini dilakukan secara jarak jauh di rumah,
sehingga pemanfaatan gadget yang
hanya dipergunakan sebagai kepuasan dalam penggunaan media sosial tersebut dijadikan
sebagai ‘teman booster’ untuk
menemani kejenuhannya.
Padahal perkembangan teknologi itu dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengimplementasian literasi digital serta sebagai sarana alternatif dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan gerakan literasi di dalam kehidupan manusia terutama di masa pandemi Virus Covid-19. Oleh karena itu, untuk dapat mengatasi permasalahan gerakan literasi membaca di masa pandemi saat ini, pemerintah dapat meningkatkannya melalui pemanfaatan teknologi dengan ditekankannya pada gerakan literasi digital. Penerapan literasi digital ini mampu menjadi solusi dalam menghadapi persoalan krisis disektor pendidikan selama masa pandemi saat ini, karena kehidupan kita tidak bisa terlepas dari pengaruh teknologi. Hanya saja perlu adanya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan terhadap letak porsi pemanfaatannya agar dapat dimanfaatkan sebagaimana tujuan dari gerakan literasi digital. Penerapan literasi digital dalam kehidupan sehari-hari terutama di masa pandemi saat ini diperlukan oleh semua kalangan masyarakat, mulai dari balita, remaja, pelajar, hingga masyarakat sebagai bentuk penghilangan rasa kejenuhan dalam melakukan aktivitas di rumah aja dan meningkatkan perkembangan keterampilan dalam berbahasanya.
Misalnya,
pada penerapan literasi digital pada balita hingga anak-anak dengan memberikan
stimulus edukasi pembelajaran guna meningkatkan perkembangan kognitifnya, seperti
pada pemanfaatan aplikasi media sosial Youtube
yang mana orang dewasa memberikan ilmu tentang melafalkan fonem-fonem, cara menggambar,
dan lain sebagainya. Selain itu, untuk dapat meningkatkan gerakan literasi
digital juga pemerintah dapat memperkenalkan kepada anak-anak tentang
penggunaan aplikasi-aplikasi ebook, seperti Google
Book sebagai solusi alternatif untuk tetap membaca buku melalui genggaman gadget. Penerapan literasi digital dikalangan
pelajar di tingkat SMA/SMK dan perguruan tinggi dapat dilakukan dengan
mengikuti webinar tentang permasalahan yang terjadi atau sedang dihadapi oleh
dunia pendidikan yang mana webinar itu dapat kita ikuti melalui aplikasi edukasi
virtual, seperti Google Meet dan Zoom Meeting. Mengikuti webinar itu
bertujuan sebagai upaya keikutsertaannya dalam gerakan literasi di dunia
pendidikan, sehingga mendapatkan pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
berbahasa terutama dalam hal menyimak dan membaca. Oleh karena itu, gerakan
literasi digital ini memiliki peranan sebagai solusi alternatif dalam mengatasi
persoalan dan permasalahan terkait literasi di masa pandemi saat ini.
Nama
:
Yuni Yulyani
NIM
/ Kelas :
2222200100 / 2A
Jurusan : Pendidikan
Bahasa Indonesia
Mata
Kuliah :
Pembelajaran Literasi
Dosen
Pengampu : Dr. Firman
Hadiansyah, S.Pd., M.Hum.